Bencana-bencana datang silih berganti, boleh jadi petanda Allah memang sedang menegur kita. Tetapi saya tidak akan tega menyebut bencana yang menimpa saudara-saudari kita itu sebagai azab. Hei, boleh jadi kitalah yang masih diselamatkan ini yang lebih pantas menerimanya, hanya saja mungkin Allah tidak berkehendak demikian.
Bangsa ini bukan kaum terlaknat seperti kaum Nabi Luth, kaum 'Ad atau kaum Tsamud. Benar, terkadang kita berbuat melampaui batas. Namun boleh jadi mereka yang menjadi korban bencana adalah mereka yang ahli tahajud, ahli sedekah, mereka yang memelihara anak yatim, sementara kita hanyalah orang-orang yang kesiangan sholat subuh.
Boleh jadi memang ini teguran, boleh jadi. Tetapi sebuah teguran kepada kita untuk dijadikan pelajaran, bukan menjadi Juru Bicara Tuhan.
Lihatlah, mesjid-mesjid yang tetap berdiri kokoh meski bangunan-bangunan mega disekitarnya luluh lantak rata dengan tanah. Boleh jadi, Allah Yang Maha Tinggi memang membiarkannya tetap tegak agak kita kembali bersimpuh dirumah-Nya.
Boleh jadi, bencana ini sebuah sentilan agar kita tidak sibuk saling menghujat, berseteru yang tidak habis-habisnya. Tetapi Allah ingin menyatukan hati kita melalui rasa kemanusiaan yang sama. Tanda Allah masih menyayangi bangsa ini.
Tetapi ketika kemanusiaan yang diharapkan sudah tidak bisa membuat kita sadar, lantas, Tuhan perlu menurunkan bencana seperti apa lagi untuk bangsa ini?
Mari satukan kekuatan, sinergikan rasa kemanusiaan, bershaf-shaf dalam kebaikan.
Al Fatihah..
“Katakanlah; ‘Milik siapakah bumi beserta seluruh isinya, jika kalian mengetahui ?’ Maka niscaya mereka akan menjawab, ‘Milik Allah’. Katakanlah, ’Lalu tidakkah kalian mengambil pelajaran ?’" (QS. Al-Mu’minuun: 84)
Wallahua'lam bi showab.
***
Sambas, Dec, 24th 2018
-Lala-
Bangsa ini bukan kaum terlaknat seperti kaum Nabi Luth, kaum 'Ad atau kaum Tsamud. Benar, terkadang kita berbuat melampaui batas. Namun boleh jadi mereka yang menjadi korban bencana adalah mereka yang ahli tahajud, ahli sedekah, mereka yang memelihara anak yatim, sementara kita hanyalah orang-orang yang kesiangan sholat subuh.
Boleh jadi memang ini teguran, boleh jadi. Tetapi sebuah teguran kepada kita untuk dijadikan pelajaran, bukan menjadi Juru Bicara Tuhan.
![]() |
Bencana Tsunami Lampung, 22 Desember 2018 |
Lihatlah, mesjid-mesjid yang tetap berdiri kokoh meski bangunan-bangunan mega disekitarnya luluh lantak rata dengan tanah. Boleh jadi, Allah Yang Maha Tinggi memang membiarkannya tetap tegak agak kita kembali bersimpuh dirumah-Nya.
Boleh jadi, bencana ini sebuah sentilan agar kita tidak sibuk saling menghujat, berseteru yang tidak habis-habisnya. Tetapi Allah ingin menyatukan hati kita melalui rasa kemanusiaan yang sama. Tanda Allah masih menyayangi bangsa ini.
Tetapi ketika kemanusiaan yang diharapkan sudah tidak bisa membuat kita sadar, lantas, Tuhan perlu menurunkan bencana seperti apa lagi untuk bangsa ini?
Mari satukan kekuatan, sinergikan rasa kemanusiaan, bershaf-shaf dalam kebaikan.
Al Fatihah..
“Katakanlah; ‘Milik siapakah bumi beserta seluruh isinya, jika kalian mengetahui ?’ Maka niscaya mereka akan menjawab, ‘Milik Allah’. Katakanlah, ’Lalu tidakkah kalian mengambil pelajaran ?’" (QS. Al-Mu’minuun: 84)
Wallahua'lam bi showab.
***
Sambas, Dec, 24th 2018
-Lala-
Komentar
Posting Komentar