Langsung ke konten utama

Postingan

Featured Post

APAKAH KITA PERLU MEMPERJUANGKAN KESETARAAN?

"Ketika Allah SWT menciptakan Adam, kemudian Ia anugerahkan kepadanya seorang Hawa, seorang perempuan yang diciptakan dari 'tulang rusuknya'" Berbagai konsep mengenai persoalan perempuan bermunculan di muka bumi, seolah jika seluruh ranting dijadikan pena dan lautan dijadikan tintanya, niscaya tidak akan habis problematika perempuan ini dibahas. Perempuan kemudian menjadi subjek yang mendapat porsi kajian dan bahasan yang lebih banyak dibanding mitranya, laki-laki. Ada sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa persoalan perempuan telah ada bahkan sejak Hawa diciptakan. Lebih ironi lagi, ketika ada pula yang menuduh bahwa Hawa adalah penyebab mengapa Adam dimurkai dan dihukum Allah hingga meninggalkan syurga. Stigma yang demikian ini tentu tidak adil bagi kaum perempuan.  Dalam lintas sejarah peradaban umat manusia, para ilmuwan kemudian menyatakan ada tiga fase yang dilalui oleh kaum perempuan, yaitu: Pertama, fase al-ihanah (penghinaan). Kaum perempuan dipandang
Postingan terbaru

Bencana Kita

Bencana-bencana datang silih berganti, boleh jadi petanda Allah memang sedang menegur kita. Tetapi saya tidak akan tega menyebut bencana yang menimpa saudara-saudari kita itu sebagai azab. Hei, boleh jadi kitalah yang masih diselamatkan ini yang lebih pantas menerimanya, hanya saja mungkin Allah tidak berkehendak demikian. Bangsa ini bukan kaum terlaknat seperti kaum Nabi Luth, kaum 'Ad atau kaum Tsamud. Benar, terkadang kita berbuat melampaui batas. Namun boleh jadi mereka yang menjadi korban bencana adalah mereka yang ahli tahajud, ahli sedekah, mereka yang memelihara anak yatim, sementara kita hanyalah orang-orang yang kesiangan sholat subuh. Boleh jadi memang ini teguran, boleh jadi.  Tetapi sebuah teguran kepada kita untuk dijadikan pelajaran, bukan menjadi Juru Bicara Tuhan. Bencana Tsunami Lampung, 22 Desember 2018 Lihatlah, mesjid-mesjid yang tetap berdiri kokoh meski bangunan-bangunan mega disekitarnya luluh lantak rata dengan tanah. Boleh jadi, Allah Yang Maha

Generasi Alay dan Ancaman Kekinian Bangsa

Oleh Lala, Kohati Kalbar *Tulisan iseng tapi serius* Sebuah topik ringan tiba tiba menjadi bahan diskusi kami pada malam itu. Mengenai fenomena anak alay yang disebut sebagai ancaman kekinian bangsa Indonesia. Lantas, ada yang bertanya, "Kenapa anak alay dikatakan menjadi ancaman, padahal alay 'kan hal yang biasa". Sebuah pertanyaan yang sederhana sebenarnya, namun beberapa pertanyaan selanjutnya memancing sedikit perdebatan, mungkin karena pembelaan diri agar sebisa mungkin tidak termasuk ke dalam kategori bangsa alay yang dimaksud. 😅😂 Yup, karena kita sudah terbiasa memaklumi hal yang salah, sehingga kita tidak sadar bahwa kita telah membiarkan bibit-bibit kehancuran generasi tumbuh tepat di depan hidung kita sendiri. Banyak hal yang dulunya tabu menjadi hal yang very ordinary so much, saking "sangat biasa". Contoh kecil misalnya, dulu kita malu banget bergaya narsis kalo lagi difoto, namun sekarang, kita malah suka upload foto selfie dengan bi

Quo Vadis  Perempuan di Era Millenial

Oleh: Alma Morino Aktivis HMI Dalam setiap perkembangan zaman tentu ada hal yang turut berubah mengiringi perkembangannya. Hal yang dahulunya dianggap tabu untuk dibicarakan bisa jadi menjadi hal yang ramai-ramai dibincangkan pada tongkrongan lesehan saat ini. Memasuki era baru atau era millennial saat ini, dimana kemajuan teknologi serta kecepatan mengakses informasi menjadi salah satu komponen penting saat ini, yabg secara tidak langsung ikut memaksa kita terkhususnya kaum perempuan juga berubah dalam pola berpikir untuk memposisikan dirinya sesuai dengan zaman dalam pengakuan eksistensinya. Seperti yang dikatakan oleh Chuang Tzu (chuang chou) yang merupakan seorang ahli falsafat populer penganut Taoisme periode awal (hidup sekitar tahun 369-286 SM) bahwa “ Eksistensi segala sesuatu itu bagaikan seekor kuda yang berlari cepat. Dengan setiap gerakan eksistensi pun berubah. Pada setiap detik ia mengalami transformasi”. Begitu pula dengan eksistensi kaum perempuan yang pada masa awal

Wacana Menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, Menjaga Kedaulatan Laut Indonesia dari Beranda NKRI

Indonesia merupakan negara maritim dengan wilayah laut terbesar di dunia. Persentase laut dan daratan adalah sebesar 70:30. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat besar pada sektor laut. Sehingga wacana menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia bukanlah isapan jempol belaka. Alfred Thayer Mahan, seorang Perwira Tinggi Angkatan Laut Amerika Serikat, dalam bukunya “The Influence of Sea Power up History” mengemukakan teori bahwa sea power merupakan unsur terpenting bagi kemajuan dan kejayaan suatu negara, yang mana jika kekuatan-kekuatan laut tersebut diberdayakan, maka akan meningkatkan kesejahteraan dan keamanan suatu negara. Sebaliknya, jika kekuatan-kekuatan laut tersebut diabaikan akan berakibat kerugian bagi suatu negara atau bahkan meruntuhkan negara tersebut.  Kekuatan-kekuatan laut yang dimiliki Indonesia, memiliki potensi besar untuk mengembangkan pembangunan ekonomi dalam sector kelautan, maritim, dan perikanan. Potensi-potensi ini antara la

Tragedi Guru Budi dan Potret Buram Pendidikan Kita

Mengenang Kepergian Achmad Budi Cahyono: Guru, Seniman, Alumni HMI. Kamis, 1 Februari 2018. Dunia pendidikan Indonesia kembali mencatat rapor merah yang tragis lagi memilukan. Seorang guru honorer di Sampang, Madura, dijemput ajal setelah dianiaya oleh MH, yang tidak lain adalah anak didiknya sendiri. Bapak Ahmad Budi Cahyono, seorang guru muda yang juga mantan aktivis HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), Kamis itu menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD Dr. Soetomo setelah mengalami mati batang otak akibat dipukul berkali-kali di bagian kepala. Tragedi yang dialami guru Budi ini tentu menjadi pelajaran berharga untuk kita semua. Bagaimana kemudian, kasus ini memberikan kenyataan yang gamblang sekaligus mengerikan, bahwa saat ini generasi muda bangsa ini telah krisis etika dan adab sopan santunnya, telah krisis moralnya, dan telah krisis akhlaknya.. generasi muda bangsa ini telah krisis budi pekertinya.. Tragedi guru Budi mungkin memang yang pertama di Indonesia, namun kas